Hands-on preview : Canon EOS M5 dan M10

Hands-on preview : Canon EOS M5 dan M10

Saya begitu antusias ketika mendapat kabar kalau dua unit kamera mirrorless terkini dari Canon yaitu EOS M5 dan EOS M10 baru saja datang untuk diuji. EOS M5 datang dengan lensa kit EF-M 18-150mm f/3.5-6.3 IS STM, sedangkan EOS M10 dengan lensa EF-M 15-45mm f/3.5-6.3 IS STM. Kami tentunya perlu waktu untuk menguji keduanya, termasuk seperti apa kinerjanya, kualitas hasil fotonya dan juga lensanya. Tapi sebagai impresi awal, bolehlah saya tuliskan disini hands-on preview untuk memberi gambaran umum mengenai kedua kamera ini.


EOS M5 (kiri) dan EOS M10 (kanan), keduanya memakai sensor ukuran APS-C

Canon EOS M5

Canon EOS M5 merupakan kamera top end mirrorless Canon dengan sensor 24 MP dan kemampuan auto fokus Dual Pixel AF, seperti DSLR 70D/80D di mode live view. Kamera ini saya lihat sudah memenuhi semua checklist fotografer pada umumnya, seperti ergonomi bodi yang baik, aneka tombol dan roda, jendela bidik, layar lipat (dan bisa selfie juga meski dilipat ke bawah), juga ada hotshoe untuk memasang flash eksternal atau mic external (tersedia juga mic input di kamera ini).

EOS M5 termasuk kecil tapi masih cukup pas ditangan saya
Di Indonesia, Canon EOS M5 mungkin masih jarang ada yang punya, karena masih relatif baru. Atau mungkin banyak juga yang masih belum mengenal apa kelebihan dari kamera yang harganya hampir sama dengan EOS 80D ini. Padahal EOS M5 menurut saya punya fungsionalitas yang efektif baik dalam urusan fotografi maupun videografi. Di bidang memotret, kamera ini punya hasil foto yang bagus, dengan warna khas Canon dan pengaturan Picture Style terbaru seperti setting strength, fineness dan treshold untuk mengatur level ketajaman. Auto fokusnya juga termasuk cepat bahkan untuk fokus kontinu (AI Servo), sehingga bisa diandalkan juga untuk foto aksi dan olahraga. Layar sentuhnya juga bisa dimanfaatkan untuk menjadi touch pad AF saat kita melihat melalui jendela bidik.


Pengaturan lebih lanjut untuk Picture Style
 

Pengaturan Time Lapse movie
Dalam urusan video mungkin orang akan keluhkan tidak adanya fitur 4K dari EOS M5. Tapi kalau yang dibutuhkan adalah kemampuan full HD saja, EOS M5 sudah cukup lengkap. Sebutlah misalnya bisa merekam video dengan manual eksposur, bisa 50 fps, ada stabilisasi (IS) digital yang bisa dikombinasikan dengan IS di lensa, dan ada time lapse movie juga. Yang tidak ada disini hanya pilihan kompresi All-I yang dijumpai di 70D keatas.
Tampak atas dan belakang dengan berbagai tombol dan roda untuk mengatur setting kamera.
Dari pengujian singkat yang saya coba untuk foto aksi, kinerja burst dan fokus kontinu masih sanggup meladeni aksi yang bergerak cepat, walau kadang ada juga foto yang fokusnya meleset. Tapi dibandingkan dengan EOS M yang lebih dulu hadir, memang M5 ini punya kinerja fokus terbaik. Tapi ya kalau dibandingkan dengan DSLR maka tetap belum bisa mengimbangi kinerja fokus kontinu DSLR karena beda cara kerjanya.



Beberapa hasil foto awal dengan EOS M5:


Canon EOS M10

Bagaimana dengan EOS M10? Kamera mungil ini sepertinya tidak perlu diulas panjang lebar karena sudah diminati banyak orang sebagai kamera mirrorless murah meriah yang cocok untuk travel, selfie dan vlogging. Ya karena harga jualnya yang 5 jutaan saja maka tidak heran kalau kamera ini laris manis. Basicly, saya ingin menguji kamera ini untuk menunjukkan seperti apa kinerja dan hasil foto dari kamera yang mungkin kurang diperhitungkan karena harganya yang tergolong murah ini. Tapi di awal saya juga menyadari kalau kamera EOS M10 ini memang kamera basic, berbagai fitur kelas atas mungkin tidak tersedia disini; tapi untuk fitur yang esensial tidak perlu dikuatirkan karena umumnya sudah ada di EOS M10. Apalagi dengan sensor APS-C 18 MP yang setara dengan EOS 700D, maka soal hasil foto semestinya tidak perlu diragukan.


Saat lensa diputar ke posisi 15mm maka akan sedikit memanjang
Saya ulas dari tinjuan fisik dulu. EOS M10 memang kecil, sekilas mirip kamera saku seri PowerShot, kalau ditangan wanita sepertinya kamera ini lebih pas. Lensa kitnya juga kecil karena zoomnya dibuat pendek (15-45mm saja), dan kini dengan desain lensa yang bisa dipendekkan saat tidak dipakai (collapsible zoom). Tidak ada roda P-Tv-Av-M di bagian atas, tapi kita bisa menemuinya melalui Menu (ya memang akan memperlambat kita saat mau ganti mode dengan cepat). Melingkari tombol shutter ada satu-satunya roda yang penting untuk mengganti berbagai setting, karena di belakang tidak ditemui roda lain, hanya ada beberapa tombol saja. Memang filosofi EOS M10 sepertinya ingin memaksimalkan layar sentuhnya sehingga tombol fisik bisa dikurangi (tidak banyak ruang tersisa juga kalau melihat ukuran kamera ini yang kecil).



Tampak atas belakang dengan layar dilipat ke atas
Oke, setelah saya jelajahi fitur dan menu EOS M10, saya dapati beberapa fitur yang tidak terlalu penting memang tidak ada di kamera ini. Misalnya EOS M10 tidak menyediakan indikator level horizon (tapi tetap ada live histogram), tidak ada Kelvin WB, tidak ada AEB (Bracketing), dsb. Di bagian Menu juga terasa lebih sederhana tanpa ada My Menu, juga tidak ada pengaturan menu untuk Exposure Simulation. Di bagian yang pengaturan dasar seperti ISO juga tidak bisa diatur kelipatan 1/3 stop, juga auto fokus area tidak bisa diubah ukuran kotaknya.

Berbagai opsi memotret untuk pemula melalui Auto, Creative Assist dan Scene Mode

Isi dari Creative Auto yang lebih mudah dipahami pemula sekalipun
Tapi untuk kebutuhan fotografi maupun videografi yang dasar, EOS M10 memberi fitur yang cukup lengkap. Misalnya bagi yang belum mengerti setting kamera tersedia berbagai panduan scene mode atau creative mode yang membantu. Tinggal atur saturasi, efek dan tingkat blurnya maka hasil foto bisa dimaksimalkan tanpa tahu teorinya. Saya yang sudah mengenal bermacam kamera digital cukup senang dengan berbagai fitur bonus yang ditemui di EOS M10, seperti HDR, focus peaking, manual movie (lengkap dengan pengaturan manual audio dan terdapat stereo built-in mic juga), manual flash power, hingga sensor cleaning. Soal kinerja dari kamera ini memang termasuk biasa saja, auto fokus lumayan walau tidak terlalu cepat, shoot kontinu kamera ini juga bukan yang termasuk cepat, sekitar 4 fps saja tapi masih mencukupi untuk kebutuhan dasar.
Beberapa hasil foto awal dengan EOS M10 :




sumber : infofotografi.com
Previous
Next Post »